Kamis, 07 April 2011

Maqamat atau Ahwal Dalam Tasawuf


Maqamat atau Ahwal Dalam Tasawuf

Jalan yang ditempuh seseorang untuk sampai kepada Allah, bahkan telah merasa melihat Allah dalam pandangan mata hatinya yang meliputi segala rasa akan kerinduan kepada Allah tidaklah gampang, untuk mencapai pada tingkatan ini seseorang harus menempuh jalan yang penuh kesusahan, dan kemiskinan, karena harus meninggalkan segala kecintaan kepada dunia. Karena itu sedikit sekali orang yang bisa mencapai ke puncak tujuan Tasawuf.Jalan yang akan di tempuh itu adalah Thoriqah atau dikenal dengan Tarekat.

Jalan itu intinya adalah penyucian diri, bagi kaum sufi ke dalam tingkatan- tingkatan yang di sebut maqam atau kedudukan, tempat seorang calon sufi menunggu sambil berusaha keras untuk membersihkan diri agar dapat melanjutkan ke tingkat berikutnya.

Adapun yang harus dilakukan oleh seorang atau disebut salik untuk menuju tangga kesufian adalah memperbanyak amalan-amalan ibadah, seperti puasa, membaca Al Qur'an, dan amalan yang utama adalah memperbanyak dzikir kepada Allah Ta'ala, baik dzikir secara lisan atau dzikir qolbi (hati) sampai terjadi kesucian hati.

Di dalam tasawuf dikenal dengan dua istilah yang hampir sama, tetapi berbeda dalam pengertiannya, yaitu Maqamat dan Akhwal. Maqamat adalah tingkatan, atau tangga bagi seorang salik yang harus dilalui ketika berjalan menuju Allah. Sedangkan Akhwal berarti keadaan tertentu seorang salik atau sufi ketika berjalan menuju Allah Ta'ala. Bedanya, maqamat merupakan tingkatan dalam tasawuf yang di usahakan untuk dilalui, yaitu melakukan suluk atau menyendiri dengan mengasingkan diri dari keramaian dan hiruk pikuk dunia atau disebut berkholwat> yang biasa dilakukan Tarekat Naqsabandi, sedangkan Akhwal merupakan pemberian (wahbah) dari Allah kepada hamba-Nya, yaitu penghayatan yang datang dari hati tanpa sengaja di usahakan.

Maqamat dan Akhwal adalah inti ajaran kaum sufi. Tokoh-tokoh sufi sejak jaman Al- Hasan al- Bashriy hingga Imam al- Qusyayriy, dan seterusnya hingga diteruskan tokoh-tokoh sufi lainnya telah berusaha merumuskan maqamat dan akhwal ini sebaik mungkin.

Akhwal yang datang kepada salik berubah-ubah sesuai dengan persiapan hati seorang hamba, semakin bersih hatinya semakin baik anugerah akhwal yang diterima (ilmu laduni), setiap sufi bisa menghayati ma'rifat sesuai dengan kadar kebersihan dan kesiapan hati masing-masing.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

al quran